Minggu, 05 April 2015

SOAL KEARSIPAN



Nama    : Santi
Kelas     : X AP2
No.abs   :34

Soal ISIAN
1.      Apakah yang dimaksud dengan filling system abjad menurut zulkifli amsyah?
2.      Sebutkan 3 saja tujuan filling system?
3.      Sebutkan 4 saja system penyimpanan arsip?
4.      Apakah yang dimaksud dengan system nomor/numeric?
5.      Apakah yang dimaksud dengan mengindeks dalam kearsipan?
6.      Apakah yang dimaksud dengan kata tangkap?
7.      Apakah yang dimaksud dengan kata majemuk dalam peraturan mengindeks?
8.      Dalam peraturan 13 penulisan gelar dan pangkat dikelompokkan menjadi 4 sebutkan?
9.      Apakah yang dimaksud dengan rak sortir?
10.  Sebutkan perlengkapan penyimpanan surat?


Jawaban

1.Menurut zulkifli amsyah filling system abjad adalah system penyimpanan dokumen yang berdasarkan urutan abjad dari kata tangkap.
2.1.menghemat waktu
   2.menghemat tenaga
   3.menghemat biaya
3.1. Sistem nomor
    2.sistem abjad
    3.sistem tanggal
    4.sistem wilayah
4.filling system nomor/numeric adalah system kearsipan yang dalam penyimpanan dan penyusunan surat/warkat digunakan nomor secara berurutan  mulai nomor terkecil sampai nomor terbesar
5.mengindeks adalah  menentukan urutan-urutan,unit-unit atau bagian-bagian dari kata tangkap /catchword/capti on yang akan disusun menurut abjad.
6.kata tangkap merupakan tanda pengenal dari sesuatu warkat.
7.kata mejemuk adalah kata yang dijadikan satu unit.
8. 1.kesarjanaan
    2.kebangsawaan
    3.keagamaan
    4.kepangkatan
9.  Rak Sortir Adalah suatu rak yang berguna untuk memisah-misahkan surat/warkat yang diterima, diproses, dikirimkan atau disimpan ke dalam folder masing­masing Fungsi : digunakan untuk memisah-misahkan surat/warkat yang diterima, diproses, dikirimkan atau disimpan ke dalam folder masing-masing.
10.  Perlengkapan menyimpan surat:
- Filling Cabinet
- Guide
- Folder
- Kartu kendali

Selasa, 24 Maret 2015

Tradisi NTB

Tradisi Bau Nyale, Kebudayaan Penuh Filosofi di Lombok, NTB

LEGENDA NTB - BAU NYALE
LOMBOK, JURNAL123.
Salah satu kebudayaan suku Sasak di Lombok adalah tradisi Bau Nyale. Ini merupakan salah satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak. Oleh sebab itu, tradisi ini masih tetap dilakukan oleh suku Sasak sampai sekarang. Bau Nyale biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya di pantai selatan Lombok Timur seperti pantai Sungkin, pantai Kaliantan, dan Kecamatan Jerowaru. Selain itu, juga dilakukan di Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta, dan pantai sekitarnya. Saat melakukan tradisi ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai hiburan pendamping.
Bau Nyale selalu dilakukan secara rutin setiap tahun. Tradisi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dan dilakukan secara turun temurun. Sayangnya, kapan kepastian waktu dimulainya tradisi ini masih belum diketahui. Berdasarkan isi babad, Bau Nyale mulai dikenal masyarakat dan diwariskan sejak sebelum abad 16. Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak. Dalam bahasa Sasak, Bau artinya menangkap sedangkan Nyale adalah nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai dengan namanya, tradisi ini kegiatan menangkap nyale yang ada di laut.
Cacing laut yang disebut dengan Nyale ini termasuk dalam filum Annelida. Nyale hidup di dalam lubang-lubang batu karang yang ada dibawah permukaan laut. Uniknya, cacing-cacing nyale tersebut hanya muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun.
Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah kegiatan yang dihubung-hubungkan dengan kebudayaan setempat. Bau Nyale berawal dari legenda lokal yang melatarbelakangi yakni tentang kisah Putri Mandalika. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok, nyale konon merupakan jelmaan Putri Mandalika. Putri Mandalika dikisahkan sebagai putri yang cantik dan baik budi pekertinya. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri tersebut bingung dan tidak bisa menentukan pilihannya. Ia sangat bingung. Jika ia memilih salah satu dari mereka, ia takut akan terjadi peperangan. Putri yang baik ini tidak menginginkan peperangan karena ia tidak mau rakyat menjadi korban.
Oleh sebab itulah, putri lebih memilih mengorbankan dirinya dengan menceburkan dirinya ke laut dan berubah menjadi nyale yang berwarna-warni. Oleh sebab itu, masyarakat di sini percaya bahwa nyale tidak hanya sekedar cacing laut biasa tetapi merupakan makhluk yang dipercaya dapat membawa kesejahteraan bagi yang menangkapnya. Masyarakat di sini meghormati dan percaya bahwa orang yang mengabaikannya akan mendapat kemalangan. Mereka yakin nyale dapat membuat tanah pertanian mereka lebih subur dan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Selain itu, nyale juga digunakan untuk lauk pauk, obat dan keperluan lain yang bersifat magis sesuai kepercayaan masing-masing.
Tradisi Bau Nyale biasanya dilakukan dua kali setahun. Tradisi ini dilakukan beberapa hari sesuai bulan purnama yaitu pada hari ke-19 dan 20 bulan 10 dan 11 dalam penanggalan suku Sasak. Biasanya tanggal tersebut jatuh pada bulan Februari dan Maret. Upacara penangkapan cacing nyale dibagi menjadi dua yakni dilihat dari bulan keluarnya nyale-nyale dari laut dan waktu penangkapannya. Dilihat dari waktu penangkapan juga masih dibagi lagi menjadi jelo pemboyak dan jelo tumpah. Bulan keluarnya nyale dikenal dengan nyale tunggak dan nyale poto. Nyale tunggak merupakan nyale-nyale yang keluarnya pada bulan kesepuluh sedangkan nyale poto keluarnya pada bulan kesebelas. Kebanyakan nyale-nyale keluar saat nyale tunggak. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menangkap nyale saat bulan ke-10. Masyarakat menangkap nyale biasanya saat menjelang subuh. Pada saat tersebut, nyale berenang ke permukaan laut. Saat itulah masyarakat menangkap nyale-nyale tersebut.
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menetapkan pelaksanaan Festival Bau Nyale 2015 dilaksanakan 9-10 Februari di Pantai Seger, Desa Kuta, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB HL Putria di Mataram, Jumat (10/1/2014), mengatakan penetapan Festival Bau Nyale 2015 yang setiap tahun diselenggarakan biasanya pada hari ke-20 bulan ke-10 menurut penanggalan tradisional Sasak.

SUMBER : http://jurnal123.com/2015/01/tradisi-bau-nyale-kebudayaan-penuh-filosofi-di-lombok-ntb/