Tradisi Bau Nyale, Kebudayaan Penuh Filosofi di Lombok, NTB
LOMBOK, JURNAL123.
Salah satu kebudayaan suku Sasak di Lombok adalah tradisi Bau Nyale. Ini
merupakan salah satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak. Oleh sebab
itu, tradisi ini masih tetap dilakukan oleh suku Sasak sampai sekarang.
Bau Nyale biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya di pantai selatan
Lombok Timur seperti pantai Sungkin, pantai Kaliantan, dan Kecamatan
Jerowaru. Selain itu, juga dilakukan di Lombok Tengah seperti di pantai
Seger, Kuta, dan pantai sekitarnya. Saat melakukan tradisi ini biasanya
juga dilengkapi dengan berbagai hiburan pendamping.
Bau Nyale selalu dilakukan secara rutin setiap tahun. Tradisi ini
sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dan dilakukan secara turun
temurun. Sayangnya, kapan kepastian waktu dimulainya tradisi ini masih
belum diketahui. Berdasarkan isi babad, Bau Nyale mulai dikenal
masyarakat dan diwariskan sejak sebelum abad 16. Bau Nyale berasal dari
bahasa Sasak. Dalam bahasa Sasak, Bau artinya menangkap sedangkan Nyale
adalah nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai dengan namanya, tradisi ini
kegiatan menangkap nyale yang ada di laut.
Cacing laut yang disebut dengan Nyale ini termasuk dalam filum
Annelida. Nyale hidup di dalam lubang-lubang batu karang yang ada
dibawah permukaan laut. Uniknya, cacing-cacing nyale tersebut hanya
muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun.
Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah kegiatan yang dihubung-hubungkan
dengan kebudayaan setempat. Bau Nyale berawal dari legenda lokal yang
melatarbelakangi yakni tentang kisah Putri Mandalika. Menurut
kepercayaan masyarakat Lombok, nyale konon merupakan jelmaan Putri
Mandalika. Putri Mandalika dikisahkan sebagai putri yang cantik dan baik
budi pekertinya. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan
pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai
permaisuri. Putri tersebut bingung dan tidak bisa menentukan pilihannya.
Ia sangat bingung. Jika ia memilih salah satu dari mereka, ia takut
akan terjadi peperangan. Putri yang baik ini tidak menginginkan
peperangan karena ia tidak mau rakyat menjadi korban.
Oleh sebab itulah, putri lebih memilih mengorbankan dirinya dengan
menceburkan dirinya ke laut dan berubah menjadi nyale yang
berwarna-warni. Oleh sebab itu, masyarakat di sini percaya bahwa nyale
tidak hanya sekedar cacing laut biasa tetapi merupakan makhluk yang
dipercaya dapat membawa kesejahteraan bagi yang menangkapnya. Masyarakat
di sini meghormati dan percaya bahwa orang yang mengabaikannya akan
mendapat kemalangan. Mereka yakin nyale dapat membuat tanah pertanian
mereka lebih subur dan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Selain
itu, nyale juga digunakan untuk lauk pauk, obat dan keperluan lain yang
bersifat magis sesuai kepercayaan masing-masing.
Tradisi Bau Nyale biasanya dilakukan dua kali setahun. Tradisi ini
dilakukan beberapa hari sesuai bulan purnama yaitu pada hari ke-19 dan
20 bulan 10 dan 11 dalam penanggalan suku Sasak. Biasanya tanggal
tersebut jatuh pada bulan Februari dan Maret. Upacara penangkapan cacing
nyale dibagi menjadi dua yakni dilihat dari bulan keluarnya nyale-nyale
dari laut dan waktu penangkapannya. Dilihat dari waktu penangkapan juga
masih dibagi lagi menjadi jelo pemboyak dan jelo tumpah. Bulan
keluarnya nyale dikenal dengan nyale tunggak dan nyale poto. Nyale
tunggak merupakan nyale-nyale yang keluarnya pada bulan kesepuluh
sedangkan nyale poto keluarnya pada bulan kesebelas. Kebanyakan
nyale-nyale keluar saat nyale tunggak. Oleh sebab itu, banyak masyarakat
yang menangkap nyale saat bulan ke-10. Masyarakat menangkap nyale
biasanya saat menjelang subuh. Pada saat tersebut, nyale berenang ke
permukaan laut. Saat itulah masyarakat menangkap nyale-nyale tersebut.
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menetapkan pelaksanaan Festival Bau
Nyale 2015 dilaksanakan 9-10 Februari di Pantai Seger, Desa Kuta,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB HL Putria di Mataram,
Jumat (10/1/2014), mengatakan penetapan Festival Bau Nyale 2015 yang
setiap tahun diselenggarakan biasanya pada hari ke-20 bulan ke-10
menurut penanggalan tradisional Sasak.
SUMBER : http://jurnal123.com/2015/01/tradisi-bau-nyale-kebudayaan-penuh-filosofi-di-lombok-ntb/